Apa ini salahku, mencintaimu meski itu menyiksaku? Saat itu tanggal jadi kita, tapi nyatanya kau lupa. Saat itu ulang tahunku, tapi faktanya kau tak peduli itu. Haruskah aku mengingatkanmu bahwa aku rindu? Kapan kau peka dengan rasaku?
Hai, aku kekasih mu! Orang yang (sangat) perlu perhatianmu. (sangat) perlu kasih sayangmu. Bukan malah tak kau hiraukan, bahkan kau telantarkan. Tapi, bodohnya aku. Tetap merindukanmu, tetap mencintaimu. Meski ku tahu sifatmu begitu. Sampai akhirnya, aku sadar. Inilah saatnya kita bubar. Tak ada yang perlu disesali, tak ada yang perlu ditangisi. Kau sendiri, aku sendiri. Mungkin ini lebih baik :')
Tapi, tunggu! ada apa dengan kamu? diam seribu bahasa ketika aku ingin tak lagi bersama. Lalu, kau genggam erat tanganku dan kau bisikkan di telingaku, "Aku tak mungkin tinggalkan dirimu, karena aku tahu kau masih mencintaiku."
Aku hanya menatap nanar matamu. Memastikan tak ada kemunafikan di raut wajahmu. Benar. Aku memang masih ingin denganmu. Berdua. Indah. Bahagia. Tapi aku tak ingin terluka untuk kali kedua. Aku percaya kamu. Sifat burukmu. Juga cintamu. Semua akan melebur jadi satu. Kau buang begitu. Lalu kita kembali saling merindu. Kembali saling menyatu :')))))
Tidak ada komentar:
Posting Komentar